Review Ghost Recon: Future Soldier
Bermain game perang tidak melulu main tembak saja, ada kalanya
kerjasama tim dan strategi turut menentukan berhasil atau tidaknya gamer
dalam menyelesaikan misi. Ghost Recon: Future Soldier adalah game yang
mengkombinasikan perang terbuka, stealth, dan mengandalkan strategi tim
untuk menyelesaikan misi.
Bagi para fans yang menunggu cukup lama untuk lanjutan serial ini,
game ini merupakan game yang akan membuat gamer terkejut. Di
tengah-tengah game FPS ala Call of Duty yang mengandalkan perang
terbuka, kombinasi gameplay yang dibawa oleh Ghost Recon: Future Soldier (GRFS) menjadi angin yang cukup menyegarkan.
Ghost Team
Dalam GRFS, gamer akan berperan sebagai salah seorang dari 4 ghost (sebutan
untuk anggota tim) yang bernama Kozak. Kozak merupakan anggota tim yang
berdarah Rusia. Dengan latar waktu tidak jauh dari masa kini, tim yang
gamer mainkan bertanggung jawab untuk mencegah sebuah kekuatan baru dari
Rusia yang mengancam perdamaian dunia.
Untuk menempuh tujuan dari misi tersebut, gamer akan dibawa ke
berbagai tempat di dunia. Gamer akan berperang di tengah kota, dalam
badai salju, bahkan di tengah gurun. Variasi ini tidak hanya sekedar
dipaksakan untuk masuk ke dalam game, namun berkembang secara natural
sesuai dengan jalan cerita.
Hubungan antar personel dalam GRFS terasa dipoles dengan baik. Suara dari voice actor terdengar natural dan diperankan dengan bagus, baik itu dalam cut-scenes atau in-game.
Personel lain akan meneriakkan kata-kata yang membantu ketika sedang
berperang, seolah-olah gamer sedang berperang dengan teman sendiri.
Hubungan yang terbangun antara gamer dan tim yang dimainkan akan membuat
gamer merasa memiliki ikatan dengan mereka.
Terbatasnya Kontrol dan Keanehan AI
GRFS memiliki sistem gameplay yang unik. Gamer bisa
menentukan strategi dan memerintahkan anggota tim lain, meskipun hanya
terbatas untuk menyerang dan menyembuhkan luka. Hal ini membuat
penyusunan strategi dalam game ini tidak terlalu rumit, sehingga gamer
masih bisa fokus ke permainan. Kekurangannya adalah gamer tidak
mempunyai kontrol penuh terhadap pergerakan mereka.
Meskipun AI dari para anggota tim terbilang bagus, mungkin ada
baiknya kalau kita juga mampu mengatur pergerakan dari tim. Kekurangan
ini mungkin bisa menjadi hal minus bagi gamer yang menyukai kontrol
penuh dalam strategi. Namun gamer masih diizinkan untuk mengatur arah
fokus dari serangan.
Berbicara tentang AI, ada beberapa bug atau keanehan yang
menyangkut anggota tim dalam game ini. Beberapa keanehan tersebut
contohnya terletak pada ketidakmampuan mereka menembak target yang sudah
jelas ada di depan mata. Kali lain mereka mampu menembak target yang
berada di balik tembok. Bahkan terkadang mereka bisa bergerak cepat
tanpa diketahui musuh sama sekali. Meski hanya muncul sesekali, tapi hal
seperti ini cukup mengganggu.
Stealth dan Gunsmith
Stealth merupakan bagian penting dalam game ini. Gamer akan
diberi kemampuan kamuflase yang unik dan hampir tembus pandang.
Kamuflase ini akan menolong gamer untuk bergerak secara stealth dan
menghabisi musuh secara efektif. Tapi meskipun kamuflase ini canggih,
kamuflase tetaplah kamuflase. Jika gamer bergerak terlalu cepat atau
terlalu dekat dengan musuh, gamer tetap akan ketahuan.
Jika ketahuan, bersiaplah untuk berperang secara terbuka. Meskipun game ini menekankan pada stealth untuk
menyelesaikan misi, peperangan terbuka tidak kalah seru. Mekanik dari
game ini cukup menakjubkan dan makin terlihat ketika gamer berperang
secara terbuka. Tempo dari peperangan yang cukup cepat akan merangsang
gamer untuk menentukan strategi dengan cepat pula. Pergerakan dari tokoh
yang gamer mainkan terasa fluid. Gamer akan mampu berpindah dari satu cover ke cover lainnya dengan mudah. Hal ini sangat membantu terutama ketika gamer sedang dihujani oleh tembakan.
Satu lagi yang menarik dalam game ini adalah fitur Gunsmith.
Fitur ini mengizinkan gamer untuk melucuti persenjataan yang gamer
punya sampai bagian terkecil, dan memodifikasinya sesuai kehendak gamer.
Bahkan sampai dengan pemilihan warna yang gamer suka. Fitur ini
memungkinkan gamer memodifikasi persenjataan sesuai misi yang akan
dijalankan. Dengan lebih dari 20.000 kemungkinan modifikasi, gamer akan
menghabiskan banyak waktu dengan fitur gunsmith.
Fitur Multiplayer, Guerilla, dan Co-op
Sebagai game bertema perang, GRFS juga tidak ketinggalan dalam fitur multiplayer. Dalam multiplayer, gamer akan bermain dalam tim 6 lawan 6. Gamer akan diberi pilihan untuk bermain sebagai 3 kelas yaitu Rifleman, Engineer, dan Scout. Masing-masing memiliki keahlian dan jenis peralatan yang berbeda.
Mode yang tersedia dalam multiplayer ada 4 yaitu Conflict, Decoy, Saboteur, dan Siege. Conflict merupakan mode perang terbuka dan kemenangan ditentukan oleh skor serta objective yang muncul di lapangan. Decoy adalah mode dimana gamer ditugaskan untuk menyerang atau membela 4 lokasi intel. Dua diantaranya adalah pengalih atau decoy.
Dalam Saboteur, gamer akan memperebutkan bom untuk ditaruh di daerah musuh. Mode yang terakhir yaitu mode Siege menawarkan pengalaman hardcore. Gamer akan ditugaskan untuk menyelesaikan misi atau membunuh semua musuh tanpa respawn. Artinya begitu gamer terbunuh, gamer tidak bisa 'hidup' kembali.
Sebagai tambahan, GRFS juga mempunyai guerilla mode dan co-op. Dalam guerilla mode,
gamer beserta 3 pemain lainnya harus melawan 50 musuh tanpa henti. Dan
semakin lama musuh akan semakin sulit untuk dihadapi. Selain itu gamer
juga bisa menjalani kembali seluruh campaign dengan tim sebanyak 4 orang dalam mode co-op.
PLUS
Ghost Recon: Future Soldier adalah game yang membutuhkan kemampuan
analitis yang tinggi. Gamer akan dituntut untuk berstrategi dan
mengandalkan rekan sesama tim. Game ini juga menuntut gamer untuk
membuat keputusan-keputusan yang cepat dan tepat.
Tidak Disarankan Untuk Umur di Bawah 17 Tahun
Karena jalan cerita yang terkadang brutal dan tema berupa peperangan
yang seringkali menunjukkan darah, game ini tidak disarankan untuk gamer
di bawah 17 tahun
Sumber : www.vgame101.com